Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu
pasang iklan

ENDAS LORO : Ular Berkepala Dua

Anekdot endas loro adalah fenomena politik tradisional yang menggambarkan pilihan politik yang mendua.  
Endas artinya kepala , loro artinya dua jadi artinya adalah berkepala dua , sebagaimana ular yang karena kelainan genetik memiliki dua kepala. Dalam filosofi jawa, ular dianggap sebagai binatang yang berbahaya dan memiliki simbul-simbul mistis tertentu. Sedangkan yang dimaksud endas loro disini adalah orang yang menyanggupi untuk memilih salah satu
calon kepala desa atau kepala daerah, namun juga menerima pinangan dari calon yang lain. tentu saja sikap mendua ini menjadi sumber konflik dalam strata masyarakat tradisional. Biasanya orang yang merasa dikhianati akan marah dan tidak menerima perlakuan itu. Apalagi bagi calon yang tidak terpilih dalam pemungutan suara.
               Dalam hal ini coba kita fikirkan apakah endas loro itu salah ? kalau diartikan sebagai bahasa lain dari kata pengkianatan maka tentu ini bertentangan dengan hadits Rasulullah , karena berkianat adalah salah satu dari ciri orang yang munafiq:
"Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan.
  • Pertama, apabila berkata-kata, dia berdusta.
  • Kedua, apabila berjanji, dia ingkari.
  • Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan), dia khianati".
              Ketika team sukses melakukan negosiasi untuk penyaluran  hak suara , biasanya juga menawarkan sejumlah kompensasi berupa uang atau bentuk lainya. Pemberian kompensasi ini tentu dengan ikatan  atau janji tertentu, bahwa orang yang bersangkutan sanggup menyalurkan suaranya pada calon yang disepakati. Sementara dipihak lain orang tersebut juga melakukan perjanjian dengan orang lain dengan janji  yang sama. Sikap culas dan khianat seperti ini seringkali menjadi sumber konflik yang berkepanjangan.
Hal unik dalam kasus - kasus seperti ini, sering kali para endas loro inilah yang sangat menentukan keberhasilan seorang calon kepala desa. Para pendukung A misalnya , sudah jelas memilih A, pendukung B juga sudah jelas memilih B namun para endas loro ini bermain dengan kepiawaianya sendiri.
            Sebenarnya para team sukses sudah tahu siapa para endas loro itu . Karena yang memainkan peran dan menebarkan bom adalah mereka. mereka mengetahui dengan money pilitik para endas loro itu bisa dibeli. Mereka juga memahami tentu karakter mereka  yang plin plan, namun hak suara mereka sangat mahal. Jadi keberadaan mereka sudah diketahui sebenarnya, dan mereka juga menyadarinya , namun sampai pada saatnya melilih tentu endas loro tidak bisa memilih dua pilihan karena surat suara akan mati
           Disisi lain ada juga orang yang bersikap tidak jelas, namun ini jelas bukan golongan endas loro . Yang dimaksud tidak jelas disini tentu anggapan dari pihak team sukses, karena mereka tidak mampu mendeteksi kemana pilihanya diarahkan. Orang semacam ini berprinsip bahwa hak pilih itu merupakan sebuah rahasia, sehingga tidak bisa disampaikan kepada orang lain. Tentu orang semacam ini tidak bisa dipengaruhi oleh team sukses, mereka juga sama sekali tidak pernah melakukan perjanjian politik atau ikatan apapun. Sehingga tidak bisa digolongkan orang yang berkianat.
          Dua fenomena ini sebenarnya mengandung nilai-nilai yang bertentangan dengan kearifan, karena kita   menyadari memilih itu adalah hak, bukan kewajiban. Hak yang melekat pada rakyat, merupakan simbul kedaulatan yang dimiliki, janganlah diperjual belikan  atau ditukar dengan apapun.  Karena bukan kewajiban maka tidak ada paksaan dari siapapun yang bisa menekan untuk mengggunakan hak suara sesuai dengan pesan team sukses. Jadi bersikaplah arif !
           

-