Desa
Ngepeh terpilih sebagai juara harapan Perlombaan Desa tingkat Provinsi
Jawa Timur tahun 2012. Bumdes dan kegotong-royongan masyarakat cukup
berkembang di desa ini.
Memasuki
Desa Ngepeh, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, yang menjadi
perhatian utama adalah sawah yang menghampar luas. Desa ini, sebagaimana
desa-desa lain di Madiun dan sekitarnya,
memang berada di daerah yang
subur. Menanam padi adalah mata penca-harian sebagian besar penduduk.
Setidaknya di Desa Ngepeh terdapat 85 hektar persawahan padi dan setiap
musim panen menghasilkan sekitar 480 ton gabah kering. Karena itu tidak
mengherankan jika mayoritas penduduk Desa Ngepeh yang berjumlah 1.790
jiwa (593 KK) itu adalah petani padi, selebihnya karyawan dan PNS.
Merespon mata pencaharian penduduknya yang bermata pencaharian sebagai
petani, Bumdes Mandiri Desa Ngepeh sejak berdiri, tahun 2011, hingga
kini kegiatan usahanya fokus ke bidang pertanian. “Karena sebagian besar
penduduk Desa Ngepeh petani maka kegiatan utama Bumdes Mandiri di
sektor pertanian,” kata Maryono, Kepala Desa Ngepeh. Pada awal berdiri
Bumdes Mandiri memenuhi kebutuhan pertanian petani atau penduduk Desa
Ngepeh. Core bisnisnya di antaranya penyediaan modal usaha dan pupuk.
Biasanya peta ni pinjam ke Bumdes Mandiri di awal musim panen. Jumlah
pinjamannya berbeda-beda sesuai luas sawahnya. Pengembaliannya diangsur
bertahap. Yaitu pada panen pertama mengembalikan uang pokok, baru pada
panen kedua dan ketiga mengangsur bunganya. Bunga yang ditetapkan adalah
10%. Sedangkan usaha pupuk sejauh ini mampu mengatasi kebutuhan pupuk
petani. Hanya saja Bumdes kesulitan modal. “Modal kami ha nya 80 juta,
padahal kebutuhan kami Rp 100 juta,” kata Maryono. Untuk mengatasi
kekurangan mo dal tersebut saat ini Bumdes Mandiri sedang menjajaki
kemungkinan kerjasama dengan perbankan. Masih terkait dengan pupuk,
Bumdes Mandiri sedang mengusahakan pembuatan pupuk agens hayati. Pupuk
ini dibuat dari limbah kentang. Pupuk agens hayati ini, selain ramah
lingkungan, harganya juga murah dan petani bisa membuat sendiri.
“Dipakai sendiri bisa, mau dipakai usaha juga bisa,” kata Maryono. Di
tahun 2013 ini yang akan diwujudkan Bumdes Mandiri adalah pembuatan
benih padi varietas serang. Sejauh ini dari luas lahan persawahan di
Ngepeh yang 85 hektar, setiap musim tanam membutuhkan 2,5 ton bibit
padi. Per hektar sawah setidaknya membutuhkan 40 kg bibit, di mana harga
per 10 kg (satu sak) Rp 90.000. Pembenihan padi ini dilakukan oleh
kelompok tani di Desa Ngepeh, dan belajar khusus dari Nganjuk. Nantinya
jika sudah sukses, selain akan dipakai sendiri, juga dilempar ke luar.
“Selain petani terangkat juga akan menambah PAD Ngepeh,” kata Maryono.
Pada tahun 2012 PAD Desa Ngepeh hampir Rp 200 juta. Desa Gotong Royong
Nilai-nilai kegotong-royong an masih tertanam kuat di hati warga desa
yang terbagi dalam tiga dusun (Desa Ngepeh, Soho dan Klumprit). Diakui
Maryono, berkat nilai-nilai itu tahun 2013 Desa Ngepeh dipilih akan
mewakili Kabupaten Madiun dalam Lomba Gotong Royong Masyarakat tingkat
Provinsi Jawa Timur. Nilai-nilai kegotong-royong an itu terbentuk
alami dan berlangsung turun temurun. Nilai kegotong royongan dan
kepedulian sesama warga itu yang menonjol di Desa Ngepeh di antaranya
jimpitan. Setiap rumah disediakan jimpitan. Sebulan, ketika dikumpulkan,
bisa mencapai Rp 400 ribu. Jumlah ini bisa naik turun, tetapi sejauh
ini berkisar di jumlah itu. Untuk apa uang jimpitan tersebut? Menurut
Maryono, uang jimpit an itu penggunaannya dipriori taskan bagi warga
miskin dan janda yang sakit. Sekadar diketahui, saat ini di Desa Ngepeh
terdapat 700 rumah tangga miskin (RTM). “Uang
jimpitan yang terkumpul digunakan untuk biaya berobat warga yang
tergolong tidak mampu,” kata Maryono ketika ditemui Gema Desa di ruang
kerjanya. Selain jimpitan, di desa kate gori Desa Siaga ini, kegotong
royong an masyarakat juga ditunjukkan melalui swadaya dan suka rela
membantu warga yang sedang membangun rumah. “Swadaya dalam bentuk tenaga
tak terhitung jumlah nya,”
kata Maryono. Uang hasil juara lomba desa ketika diperuntukkan untuk
membangun drainase, tenaga kerjanya sepenuhnya swadaya masyarakat.
Demikian juga pembangunan drainase program PNPM Mandiri Perdesaan, juga
dikerjakan sendiri oleh warga.Demikian juga dengan PAUD Mandiri, juga
hasil swadaya murni masyarakat. Memang gedungnya masih menum pang,
tetapi untuk operasional sehari-hari hasil murni swadaya masyarakat.
“Warga urunan sendiri untuk biaya opera-sional PAUD,” kata Maryono.
Karena yakin kesadaran kego-tong royongan warganya cukup tinggi, Maryono
optimis Desa Ngepeh bisa mewakili Kabupaten Madiun dalam Loma Gotong
Royong Masyarakat tingkat Provinsi Jawa Timur.(res)Juragan Tahu Jadi Kades
Orang
mengenalnya juragan tahu. Maklum saja, Maryono yang kelahiran Blitar ini
adalah pemilik pabrik tahu di Desa Ngepeh. “Saya merintis usaha tahu
tahun 1997,” kata pria yang lahir 14 November 1961 ini. Sekarang dalam
seharinya Maryo no membutuhkan sedikitnya 4 kuintal kedelai, di mana
harga per biji tahu produksinya antara Rp 400 sd Rp 500. Sukses menjadi
juragan tahu bapak dua orang anak ini mencoba melirik menjadi kepala
desa. Dalam hati Maryono mengatakan bahwa kini saatnya mengabdi ke
masyarakat. Dalam pilkades tahun 2010 dia menang. “Sejak terpilih
menjadi kepala desa usaha tahu saya dikelola anak sulung saya,” kata
nya.Ketika menjadi kepala desa Maryono bisa mewujudkan obsesinya, yaitu
menata ekonomi di desanya. Baginya, ekonomi adalah urat nadi untuk
menggerakkan desanya. Jika perekonomiannya bagus, maka dengan sendirinya
me ngurangi jumlah kemiskinan, dan tentunya akan meningkatkan nilai
swadaya masyarakat. Yang menjadi fokus utama adalah pertanian sebagai
roda penggeraknya. Ini karena sebagian masyarakat Desa Ngepeh bermata
pencaharian sebagai petani. Ke depan, sesuai rencana pembangunan desa,
Desa Ngepeh akan mengutamakan pembangunan fisik. “Ke depan kami ingin 75
persen adalah pembangunan fi sik desa. Tahun 2013 kami merencanakan
membangun drainase sepanjang 460 meter,” katanya dengan bersemangat.
(res)