Naluri manusia selalu memilih
yang banyak daripada yang sedikit. Ini hitung-hitungan yang wajar. Namun
seringkali kita tidak konsekuen dengan pilihan itu, karena sering manusia
memilih yang sedikit karena sudah
terlihat oleh mata. Sikap inilah yang sering menjebak kita dalam kerugian.
Ibarat petani yang memiliki sejengkal tanah tandus, dia kehilangan rasa syukur dan mengeluh tanahnya
tidak bisa membuatnya kaya. Ladang tandus itu setiap musim hanya menghasilkan
singkong, karena Cuma itu yang bisa dilihat mata kepalanya sendiri. Padahal
petani itu tidak tahu, bahwa didalam tanahnya ada tambang emas yang sangat
mahal.
Begitupun manusia sering lalai
dalam memandang hidupnya di dunia, padahal di akherat kelak ada kehidupan yang
sudah pasti menyenangkan dan abadi lebih dari kenikmatan apapun yang pernah dilihatnya. Kerangka fikir
yang hanya terpaku pada konsep ainul
yaqin membuatnya sempit dalam berfikir. Mereka lupa mendasarkan sesuatu
juga pada haqul yaqin untuk menembus
ruang waktu yang terbatas. Emperisme yang mendasarkan pada pengindraan
fisiologis kita sering terbatas, karena terbatasnya kemampuan kedirian
kita.
Kehidupan dunia memang dapat disikapi dengan pandangan mata kepala, namun kehidupan
akhirat hanya dapat disikapi dengan mata hati. Begitupun halnya keyakinan kita,
rasulullah menggambarkan : Hadis riwayat Abu Musa ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “ Sesungguhnya perumpamaanku sebagai utusan Allah adalah seperti seorang lelaki yang mendatangi kaumnya seraya berkata: Wahai kaumku! Sesungguhnya kau telah melihat dengan mata kepala sendiri sepasukan tentara dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang tidak bersenjata, maka carilah keselamatan. Sebagian kaumnya ada yang mematuhi lalu pada malam hari mereka berangkat (menyelamatkan diri) dengan tidak terburu-buru. Sebagian yang lain mendustakan hingga keesokan paginya mereka masih berada ditempat semula maka diserbulah mereka oleh pasukan tentara tadi lalu musnahkan dan dibantailah mereka. Itu adalah perumpamaan orang yang patuh kepadaku dan mengikuti ajaran yang aku bawa serta perumpamaan orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa. “ (Shahih Muslim No.4233)
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: “ Sesungguhnya perumpamaanku sebagai utusan Allah adalah seperti seorang lelaki yang mendatangi kaumnya seraya berkata: Wahai kaumku! Sesungguhnya kau telah melihat dengan mata kepala sendiri sepasukan tentara dan sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang tidak bersenjata, maka carilah keselamatan. Sebagian kaumnya ada yang mematuhi lalu pada malam hari mereka berangkat (menyelamatkan diri) dengan tidak terburu-buru. Sebagian yang lain mendustakan hingga keesokan paginya mereka masih berada ditempat semula maka diserbulah mereka oleh pasukan tentara tadi lalu musnahkan dan dibantailah mereka. Itu adalah perumpamaan orang yang patuh kepadaku dan mengikuti ajaran yang aku bawa serta perumpamaan orang yang durhaka kepadaku dan mendustakan kebenaran yang aku bawa. “ (Shahih Muslim No.4233)