Drop Down MenusCSS Drop Down MenuPure CSS Dropdown Menu
pasang iklan

Dengan Syair Jalaluddin Rontokkan Kesombongan Orang Fasiq

Jalaludin Rumi, atau Maulana Jalaludin Muhammad. sangat dipengaruhi oleh Sayyid Muhaqqiq dari Termezz. Dialah yang menenggelamkan Rumi kedalam misteri kehidupan spiritual, sejak itulah Jalaluddin mencurahkan perhatianya ke dalam dunia Sufi secara mendalam. Ia menjadi peminat penuh hasrat terhadap syair-syair Arab karya Al-Muntanabbi. Iapun tak jarang mengutip bait-bait Al-Munatanabi dalam karyanya. Apalagi ketika Jalaluddin rumi di tinggal di Aleppo dan Damaskus, ia banyak berguru kepada guru-guru sufi untuk mempelajari teologi formal.

Lepas dari Frame relegius dan spiritualisme yang difahami Jalaludin Rumi, syair-syair Jalaludin Rumi terkadang menimbulkan kontroversi terutama bagi kalangan yang sulit memahami bahasa Syair ( puisi ). Mereka yang memahami bahasa sebagaimana tersurat akan salah faham membaca syair Jalaludin, dan menuduhnya sebagai orang fasiq atau zindiq. Akan tetapi bagi orang yang teliti dan sabar merasakan bahasa sebagai seni yang bisa dinikmati, akan menemukan butir-butir indah perenungan hati. Bukan sebagai statement hukum atau pernyataan yang dipahami apa adanya. 
seperti nukilan puisi berikut :

Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu pada “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.

Kalimat diatas akan dipahami sebagai  pengingkaran terhadap agama, apabila hanya dipahami kalimat yang tertulis secara tekstual. Akan tetapi Jalaludin Rumi sebanarnya tak mungkin mengingkari Aqidah yang sangat kuat menancap disanubarinya. Bahkan dia mampu menundukkan hati seorang Fasik yang rusak aqidahnya dengan jalan fikiran sufinya .....
   Pada bulan oktober tahun 1244 , Muncul sosok orangdarwisy yang bernama ,Syamsuddin Muhammad Al-Tibrizy, ia bertanya pada Jalaluddin rumi :
" Wahai Imam Muslimin, mana yang lebih agung, Bayazid atau nabi muhammad ",
Jalaludin menjawab tegas dengan nada yang  keras 
" Sungguh sebuah pertanyaan yang sulit, bagaikan tujuh syurga hancur terkoyak -koyak ( mendengar pertanyaan itu ) dan jatuh berantakan di bumi. Kebakaran besar muncul dalam diriku dan menimbulkan api ke otakku, (tempat ) dari mana aku melihat gumpalan asap mencapai tiang-tiang singgasana Tuhan. Aku menjawab " Nabi adalah sosok paling agung dari seluruh manusia, mengapa anda mesti membicarakan Bayazid ?!"
 Syamsudin Muhammad membantah :
" Bagaimana nabi bisa menjadi manusia paling agung sedangkan nabi pernah bersabda " kami belum mengetahui Engkau ( Allah ) dengan cara yang sebagaimana mestinya Engkau ( Tuhan ) diketahui " sedangkan Bayazid berani berkata " Mulialah Aku ! Betapa agungnya Aku, dan aku adalah kuasa segala Kuasa " ".
Jalaludin Rumi berkata :
" kehausan Bayazid telah terpuaskan dengan satu tegukan , dan dia akan measa cukup ( terpuaskan ) dengan satu tegukan itu kendi PEMAHAMANYA terisi penuh. Pencahayaanya hanya sebatas yang muncul dari langit dari ( atap )  rumahnya. Sedangkan Nabi, selalu memohon agar selalu diberi banyak air ( hidayah )untuk minum karena selalu keahausan ( ilmu) Dia berbicara tentang kehausan bahkan terus memohon agar tertarik lebih mendekat ..."
   Maka syamsudin serta merta serta merta menangis dan tak sadarkan diri.


"


Wassalam

-